BudayaTanjungpinang

Berbuka Puasa di Masjid Raya Sultan Riau Penyengat, Menikmati Menu di Sajian Adat Tradisi Sejak Lama

https://mejaredaksi.co.id/wp-content/uploads/2022/04/WhatsApp-Image-2022-04-06-at-22.03.54.jpeg
Suasana menanti waktu berbuka di bale bale di depan Masjid Raya Sultan Riau Penyengat, Tanjungpinang. Bale bale yang telah disiapkan sajian adat berisi menu berbuka puasa. (Foto: Andri)

Tanjungpinang, MR – Berbuka puasa di Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Kepulauan Riau, menyuguhkan suatu yang beda, yakni berbuka dengan sajian adat yang menjadi tradisi sejak lama.

Sajian adat dalam berbuka puasa bersama di Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat tak ubah layaknya sajian yang berlaku dalam upacara adat seperti pernikahan atau acara syukuran lainnya.

Cara penyajian ini disebut Sajian Satu Bekas, di mana hidangan berupa makanan berat dan juadah disusun dalam satu wadah berupa nampan.

Satu bekas hidangan ini diperuntukkan bagi empat orang dalam setiap kelompok.

“Tidak boleh lebih, tidak boleh kurang,” ujar Hambali, Marbot Masjid Raya Sultan Riau Penyengat, Jumat (14/4/2023).

Diterangkannya, setiap satu bekas hidangan harus genap diisi oleh empat orang.

“Ini sudah adatnya. Sudah berlangsung sejak zaman dulu. Kalau satu bekas baru ada tiga orang, mau tak mau harus menunggu seorang lagi baru bisa disantap,” terang Hambali.

Hidangan-hidangan untuk berbuka puasa ini ditempatkan di bale-bale dan dapur yang terletak di bagian depan Masjid Raya Sultan Riau Penyengat.

Hidangan ini boleh dinikmati oleh siapa saja yang berbuka puasa di Masjid Raya Sultan Riau Penyengat. Hidangan itu memang disediakan gratis untuk jamaah masjid, juga bagi pengunjung.

“Siapa saja boleh berbuka di sini. Kami akan buatkan hidangan,” tambah Hambali.

Tidak hanya bale bale, ruangan tempat menempatkan beduk dan dapur juga dijadikan sebagai tempat berbuka puasa bersama. (Foto: Andri)

Jika Anda berniat berbuka di Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat, maka datanglah di awal waktu.

Satu jam menjelang magrib, Anda bisa melihat warga Pulau Penyengat maupun donatur dari pulau ini berduyun-duyung mengantarkan makanan untuk disantap saat berbuka puasa.

“Ini juga jadi tradisi di sini (Pulau Penyengat),” tutup Hambali.

Penulis / Editor : Andri

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close