Politik

Air Mata dan Doa Untuk Lelaki Yang Dirindukan

TANJUNGPINANG, MR – Laki-laki berkopiah hitam yang dari tadi duduk diam tiba-tiba beranjak berdiri. Dia raih mikrofon yang tak jauh dari tempat duduknya dengan tangan yang gemetar. Sejenak dia terpaku dan matanya seolah tiada henti memandangi H. Ansar Ahmad, lelaki tegap berbaju kuning yang baru saja usai memberikan orasi.

Lelaki setengah baya berkopiah hitam itu adalah Haji Masriudin Azis, seorang tokoh masyarakat Jalan Perikanan Batu Hitam Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Tanjungpinang Barat. Selama mengikuti orasi kampanye Ansar Ahmad yang dilaksanakan pada Kamis 29 Oktober 2020, Masriudin terlihat menyimak dalam-dalam setiap kata yang terlontar dari Calon Gubernur Kepulauan Riau nomor urut 3 itu. Seolah dirinya tidak mau, meski hanya sedetik, melewatkan setiap kata dan kalimat yang disampaikan Ansar Ahmad, sosok lelaki yang dikaguminya dari dulu.

Suaranya parau dan sedikit gemetar ketika dia mulai bicara. Mikrofon yang digenggam terlihat begitu kuat dalam cengkeramannya.

“Ya Allah, hari ini hadir seorang pemimpin yang kami impikan. Seorang yang selalu bekerja dengan tulus untuk masyarakat yang dipimpinnya. Mudahkan jalannya ya Allah. Ridloi dirinya dan berilah dia keberkahan. Sungguh, hanya Engkau pemilik segala kekuasaan,” katanya dengan suara penuh kepasrahan.

Air mata haji Masriudin tiba-tiba mengalir deras. Dia berhenti sejenak seolah tak kuasa meneruskan doanya. Kemudian pelan-pelan dia teruskan doa itu sambil terisak. Ansar Ahmad, lelaki yang didoakan terlihat tenang dengan kepala yang tertunduk.

Begitu juga masyarakat yang hadir dalam pertemuan itu. Semua diam dengan kepala tertunduk dan sesekali mengaminkan semua doa yang disampaikan. Suasana hening sampai doa itu ditutup dengan usapan telapak tangan di seraut wajah.

Seusai doa dilantunkan, tiba-tiba seorang wanita tua datang mendekat ke Ansar Ahmad. Dengan mata yang sembab wanita yang bernama Sukarti dan sudah berumur itu memeluknya. Dia begitu merindukan lelaki yang kini jadi perhatian semua orang itu.

Wanita tua itu mencurahkan isi hatinya pada Ansar Ahmad. Setengah bergumam wanita itu berkata pada Ansar Ahmad dengan sapaan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. “Nak Ansar, ibu hanya sering dengar suara dan namamu dari radio dan ceria orang. Kini ibu tahu sendiri siapa engkau sesungguhnya. Dari caramu berbicara, caramu menyapa dan caramu menghargai orang-orang tua. Ibu yakin Allah ridlo atasmu. Semoga engkau dimudahkan segala usaha dan urusanmu,” kata ibu itu sambil memegang pundak Ansar serambi terus mendoakan.

Tidak lama kemudian Ansar Ahmad berpamitan. Lambaian tangan masyarakat Batu Hitam menghantarnya memasuki mobil untuk selanjutnya meneruskan perjalanan untuk bertemu dan bersapa dengan masyarakat di tempat lain yang sudah menunggu. Suasana langit yang cerah menjadi saksi betapa lelaki yang punya kesabaran tidak bertepi ini tidak pernah berhenti untuk terus datang dan meneguhkan silaturahmi.(red)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close