Lingga Pecahkan Rekor MURI Pemakaian Tudung Manto Terbanyak

Budaya, Lingga46 Dilihat
Sebanyak 1000 perempuan di Kabupaten Lingga mengenakan Tudung Manto dalam kegiatan pemecahan rekor MURI mengenakan Tudung Manto terbanyak, di Kantor Bupati Lingga, Minggu (19/11/2023). (Foto: Afriandy)

Daik, mejaredaksi – Kabupaten Lingga melalui Dekranasda Kabupaten Lingga memecahkan rekor MURI pemakaian Tudung Manto terbanyak.

Pemecahan rekor MURI pemakaian Tudung Manto melibatkan sebanyak 1000 perempuan, dilaksanakan di halaman Kantor Bupati Lingga hingga melewati beberapa ruas jalan yang ada di Daik, Kabupaten Lingga, Minggu (19/11/2023).

Ketua Dekranasda Kabupaten Lingga, Maratusholiha usai kegiatan mengatakan, kegiatan dalam rangka pemecahan rekor MURI ini telah digagas pihaknya sejak tahun 2021 lalu.

“Kegiatan ini sudah kita gagas di PKK, sebenarnya sejak tahun 2021 lalu,” kata Maratusholiha.

Termasuk juga tahapan pengumpulan data terkait masyarakat yang memiliki Tudung Manto tersebut.

“Kita sudah mulai mengumpulkan data berapa banyak masyarakat kita yang memiliki Tudung Manto,” tambahnya.

Terkait hal tersebut, Ketua TP PKK ini memberikan apresiasi kepada semua pihak atas keberhasilan memecahkan Rekor MURI ini.

“Alhamdulillah dengan kerja keras kita bersama semuanya, tidak hanya satu atau dua orang tetapi semua lini, tahun 2023 ini kita sudah mendapatkan rekor MURI,” kata Maratusholiha.

Dengan keberhasilan memecahkan Rekor MURI tersebut, Maratusholiha berharap kedepannya bisa meningkatkan pembelian serta pemakaian terhadap Tudung Manto.

“Insya Allah dengan rekor MURI ini kita bisa meningkatkan pembelian atau pemakaian Tudung Manto lagi. Mudah-mudahan ekonomi para pengerajin Tudung Manto kita semakin meningkat,” pungkasnya.

Penyerahan plakat pemecahan rekor pemakaian Tudung Manto terbanyak oleh perwakilan MURI. (Foto: Afiandy)

Diketahui, Tudung Manto merupakan penutup kepala khas Melayu yang pengenaannya terbatas pada kalangan bangsawan.

Tudung Manto yang memiliki sertifikat Kekayaan Intelektual Komunal Tudung Manto dari Kementerian Hukum dan HAM juga dikenakan terbatas pada acara adat Melayu tertentu.

Saat ini, Tudung Manto memiliki ragam corak, seperti Awan Larat, Lebah Bergantung dan Tampuk Manggis. Bagian tengahnya disebut Bunga Tabur. Untuk benang yang digunakan biasanya berwarna emas dan perak.

Pengerjaan Tudung Manto juga dikerjakan secara manual dan butuh kehati-hatian. Satu Tudung Manto proses pengerjaannya bisa memakan waktu setengah bulan hingga lebih.

Saat ini ada 51 perajin Tudung Manto yang aktif di Kabupaten Lingga yang sebelumnya juga telah melalui pelatihan yang digelar oleh Disnaker Lingga.

Kini, seiring waktu, pemakaian Tudung Manto tidak hanya terbatas di dalam negeri, tetapi juga di sejumlah negara.

Sebagaimana disampaikan Lutfi Syah Pradana yang merupakan perwakilan MURI, pemesanan Tudung Manto juga telah mencapai hingga keluar negeri seperti Sydney dan Dubai. (*)

Penulis: Arifandy
Editor: Andri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *