Ombak Capai 5 Meter, Nelayan Desa Pulau Pinang Pilih Tidak Melaut

Bintan, Peristiwa196 Dilihat
Puluhan kapal motor dan sampan milik nelayan Desa Pulau Pinang ditambatkan di kawasan pantai desa tersebut, Kamis (25/7/2024). Nelayan setempat memilih sementara tidak melaut diakibatkan cuaca ekstim. Ombak bisa mencapai ketinggian 5 meter dalam kondisi tertentu. (Foto: Jailani untuk Mejardeksi)

Tambelan, Mejaredaksi – Nelayan Desa Pulau Pinang, Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau terpaksa tidak melaut disebabkan cuaca buruk.

Salah seorang nelayan setempat, Jailani, 42 tahun menjelaskan, sudah sepekan terakhir mereka tidak berani beraktivitas dikarenakan angin kencang dan ketinggian ombak yang tidak aman untuk melakukan aktivitas pelayaran.

“Angin kuat. Bahaya untuk melaut. Ombak juga tinggi,” kata Jailani yang Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Pinang Seribu itu, Kamis (25/7/2024).

Menurutnya, ketinggian gelombang bisa mencapai empat hingga lima meter dalam kondisi meningkatnya intensitas hembusan angin.

“Masalahnya angin ribut datangnya mendadak. Makanya kami pilih tidak melaut untuk sementara waktu,” ujar Jailani lagi.

Tingginya gelombang serta kuatnya hembusan angin terasa hingga ke daratan Desa Pulau Pinang. Gelombang terlihat menarik turunkan puluhan kapal dan sampan nelayan di desa berjarak 8 jam perjalanan laut dari pusat kecamatan di Pulau Tambelan Besar.

Menurut Jailani, dalam kondisi sekarang ini nelayan setempat juga harus berjaga-jaga. Termasuk saat malam hari.

“Kalau ombak terasa kuat sangat (tinggi sekali), kapal atau sampan terpaksa kami pindah supaya tidak rusak,” tutup Jailani.

Terpisah, Murtada M Said, Kepala Desa Pulau Pinang menyebut pihaknya mengeluarkan imbauan kepada warganya untuk sementara tidak melaut.

“Kami minta warga jangan melaut dulu sampai cuaca memebaik. Kami terus berkoordinasi dengan pihak kecamatan,” ujarnya.

Pihak Desa Pulau Pinang juga dikatakan Murtada juga terus berupaya mencari informasi perkembangan cuaca.

“Kami juga meminta warga untuk mengamati situasi cuaca. Masyarakat nelayan kami syukurnya dapat membaca tanda-tanda cuaca dengan mengamati kondisi alam,” tutup Murtada. (*)

Penulis/Editor: Andri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *