Feature

Pergerakan 2,5 Juta Orang dalam Semalam

Catatan Ibadah Haji 2023 (2)

Jemaah haji yang akan melasakan mabit memasuki Muzdalifah. (Foto: Andri Mediansyah )

Anda mungkin bisa membayangkan betapa sibuknya malam itu. Sebanyak 2,5 juta jemaah haji dari seluruh dunia bergerak ke tempat yang sama: menuju hamparan padang pasir luas Muzdalifah untuk melaksanakan mabit.

Selepas wukuf di Arafah, selepas magrib, selepas menahan suhu mencapai 43 derajat pada 9 Zulihijah, 2,5 juta jemaah mulai diarahkan menuju Muzdalifah.

Jemaah Haji regular silih berganti diantar menggunakan bus. Penumpukan jemaah yang akan diberangkatkan terlihat di hampir seluruh pintu masuk tenda di setiap maktab.

Dan dalam kepadatan itu, para jemaah harus bergerak cepat. Ada batasan waktu pergerakan bus yang dapat dikatakan tidak bisa ditoleransi.

Pemerintah Arab Saudi sudah menghitung pergerakan tiap-tiap bus dari Arafah ke Muzdalifah untuk menghindari kemacetan.

Semakin cepat tiba di Muzdalifah semakin bagus. Ini supaya jemaah haji dapat beristirahat sebelum kemudian kembali bergerak ke Mina untuk kemudian melontar jamrah aqabah di Mina.

Muzdalifah – disebut juga al-masy’ar al haram merupakan padang pasir yang terletak antara Arafah dan Mina. Muzdalifah berjarak sekitar 4 kilometer dari Arafah. Sedangkan dari Mina berjarak 2 kilometer.

Hakikatnya, mabit di Muzdalifah adalah jedah bagi jemaah sebelum ke Mina. Selain disunahkan tidur, jemaah juga dapat bertafakur dan bertadabur mendekatkan diri kepada Allah.

Jemaah haji memanfaatkan tidur di padang pasir saat melaksanakan mabit di Muzdalifah. (Foto : Andri Mediansyah )

Di tempat ini juga disunahkan memungut kerikil yang akan dipergunakan untuk melontar jamarah. Tapi bagi jemaah yang beruntung hal ini tak perlu dilakukan. Pemerintah Arab Saudi telah menempatkan orang-orang yang ditugaskan membagikan kantong berisi kerikil. Jumlah kerikil di setiap kantong lebih dari cukup.

Mendekati tengah malam, Muzdalifah yang merupakan hamparan padang pasir telah berubah menjadi lautan manusia. Pergerakan sudah sulit dilakukan mengingat hampir setiap jengkalnya telah diisi oleh para jemaah yang duduk maupun berbaring.

Dan antrean akan terlihat di toilet. Anda dapat membayangkan bagaimana antrean yang terjadi disebabkan jumlah toilet yang terbatas.

Antrean jemaah haji menunggu giliran ke bus yang akan mengantar ke Mina. (Foto : Andri Mediansyah )

Ujian Fisik dan Kesabaran 

Setelah lewat tengah malam. Jemaah mulai diarahkan ke Mina.

Di sinilah fisik dan kesabaran betul-betul diuji. Antrean dan desa-desakan terjadi. Semua jemaah ingin cepat.

Dalam praktiknya, jemaah yang akan diantar menggunakan bus ke Mina diatur per kelompok terbang (kloter). Tapi ini tetap saja tidak membuat arus pergerakan orang berjalan lancar.

Pergerakan tidak bisa leluasa. Terlebih saya yang mendorong ibu menggunakan kursi roda. Anda bisa membayangkan bagaimana repotnya ketika harus mendorong kursi roda sembari membawa dua koper dan tas yang diselempangkan di depan-belakang dan kiri-kanan.

Mendorong kursi roda di atas pasir tentu tidak semudah mendorongnya di atas jalan aspal atau semen yang mulus. Belum lagi saya harus melewati orang-orang yang duduk atau berbaring. Juga tumpukan barang milik mereka.

1 2Laman berikutnya
Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close